Langsung ke konten utama

Profil dan Biodata Basuki Tjahaja Purnama, Mantan Gubernur DKI Jakarta

  Basuki Tjahaja Purnama, yang sering disebut sebagai Ahok, adalah seorang politikus Indonesia yang lahir pada tanggal 29 Juni 1966 di Manggar, Belitung, Indonesia. Ia dikenal karena peran-perannya sebagai Gubernur DKI Jakarta dan Walikota Jakarta sebelumnya. Berikut adalah beberapa poin penting dalam profilnya: Ahok pertama kali terjun ke dunia politik pada tahun 2005 ketika ia terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta dari Partai Gerindra. Ia kemudian menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta dari 2012 hingga 2014, mendampingi Gubernur Joko Widodo (Jokowi). Pada tahun 2014, ketika Jokowi terpilih sebagai Presiden Indonesia, Ahok menggantikan posisinya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ia memimpin Jakarta dengan gaya tegas dan inovatif, tetapi pemerintahannya juga menjadi kontroversial karena beberapa kebijakan dan pernyataannya. Salah satu kontroversi terbesar yang melibatkan Ahok adalah pernyataannya yang dianggap menghina agama Islam dalam sebuah pidato pada tahun 2016. Hal

Tan Malaka, Bapak Republik yang terlupakan

Sudah berpuluh tahun sejak Indonesia merdeka dari tahun 1945. Namun, jarang kita tahu, Jauh sebelum merdeka ada seorang misterius yang menggagaskan ide negara Indonesia untuk pertama kali. Namanya jarang terdengar, tapi dialah pejuang revolusi yang melampaui zaman.

Dia adalah bapak Republik Indonesia. Dialah Tan Malaka. 

Masa muda Tan Malaka

Tan Malaka memiliki nama asli Sutan Ibrahim. Ia memiliki gelar Datoek Tan Malaka yang ia dapatkan dari upacara adat, yang menunjukkan bahwa ia adalah orang yang istimewa.

Tan Malaka, Bapak Republik yang terlupakan  
 

Ayah dari Tan Malaka memiliki nama Rasad Caniago dan ibunya bernama Sinah Simabur.

Masa kecil Tan Malaka tidak jauh berbeda dengan anak pribumi pada umumnya di saat itu. Ia mengenyam pendidikan pendidikan di sekolah rendah.

Tetapi dari kecil Tan Malaka sudah menunjukkan bahwa dia adalah seorang anak yang cerdas. Ia kerap kali membuat warga kampung terkesima dengan pemikirannya, termasuk GH Horensma, gurunya.

GH Horensma merekomendasikan Tan Malaka untuk meneruskan studinya ke Belanda dengan mengumpulkan sumbangan warga kampung setiap bulan.

Tan Malaka kemudian melanjutkan studinya di Sekolah Pendidikan Guru Pemerintah (Rijksk Weekschool) yang berada di Belanda pada usinya yang ke 17 tahun. Ia menganggap sumbangan dari warga kampung sebagai hutan dan harus dilunasi di kemudian hari nanti, meskipun Horensma lah yang sudah melunasi hutang-hutang Tan Malaka.

Tan Malaka Ketika Kuliah di Belanda

Ada satu buku yang dibawa oleh Tan Malaka sebelum keberangkatannya yang menjadi awal baginya menjadi sangat tertarik pada revolusi. Buku itu berjudul De Fransche Revolutie.